Skip to main content

FAKTA FREEPORT (Ladang Uang Haram Pejabat Tinggi Negara) Negara macam apa ini, tuhan ????

Fakta Freeport Merugikan Indonesia
Forumhijau.com - Freeport merupakan ladang uang haram bagi para pejabat negeri ini, baik dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu.
PT. Freeport McMoran Indonesia (Freeport) merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg, dari tahun 1967, dan tambang Grasberg, sejak tahun 1988, di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai tambang yang terbesar di dunia. Berikut beberapa fakta dilematis tentang freeport yang telah sangat-sangat merugikan bangsa Indonesia :
1. PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) melakukan aktivitas penambangan di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 atau selama 42 tahun. Keuntungan dari kegiatan penambangan mineral freeport telah menghasilkan keuntungan luar biasa besar terhadap perusahaan milik bule tersebut. Tetapi lihatlah, apakah keuntungan itu juga dinikmati bangsa Indonesia terutama rakyat papua? Lalu, mengapa pula di Yohukimo masih terjadi kelaparan.
2. Hasil tambang Freeport berupa tambang emas, perak, tembaga, molybdenum, dan rhenium terbesar di dunia. Fasilitas dan tunjangan serta keuntungan yang dinikmati para petinggi freeport, besarnya 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua, yang hanya sekitar $132/ tahun. Keuntungan yang diperoleh Freeport tidak melahirkan kesejahteraan bagi Indonesia, terutama warga sekitar. Kesenjangan ala kolonial inilah yang menjadi bibit konflik di papua.
3. Keberadaan sang Freeport sangat didukung pemerintah. Dilihat dari Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada 1967, yang kemudian menjadi landasan aktivitas pertambangan Freeport. Bahkan kemudian UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 yang disahkan delapan bulan setelah penandatanganan KK, menjadikan KK tersebut menjadi dasar penyusunannya.
4. Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an, sisa lubangnya sedalam 360 meter.
5. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan raksasa lainnya, hingga detik ini.
6. Hasil dari eksploitasi kedua wilayah tersebut diatas, Freeport memperolah sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas (itu menurut data diatas kertas).
7. Sampai Bulan Juli 2005, lubang yang diakibatkan penambangan Grasberg mencapai diameter 2,4 kilometer yang meliputi luas 499 Ha, dalamnya 800m, sama dengan ketinggian gedung tertinggi di dunia Burj, Dubai.
8. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa, hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
9. Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini, diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim, serta dampak lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. Berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.
10. Cadangan emas yang dikelola Freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas di kepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasa banyak tersebut, yang masuk APBN sangat sedikit, alias sepersekian dari hasil sesungguhnya, belum lagi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat.
11. Freeport baru mengakui, bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005, sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. Banyaknya emas yang ditambang selama 21 tahun, tidak pernah diketahui publik sebelumnya.
12. Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas.
13. Pendapatan utama Freeport dari operasi tambangnya di Indonesia adalah sekitar 60% (Simak Investor Daily, 10 Agustus 2009).
14. Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahasilkan 225 ribu ton bijih emas setiap harinya. Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta sampai Surabaya.
15. Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia, bahkan penduduk mimika sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41% penduduk mimika miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi Papua sendiri, kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.
16. Lebih dari 66% penduduk miskin papua adalah penduduk asli yang tinggal di wilayah operasi Freeport di pegunungan tengah, yang notabene para aparat disana antara tahun 1998 dan 2004 telah menerima suap mencapai hampir 20 juta dolar AS (Menurut laporan New York Times pada Desember 2005). Dan malah kantong-kantong kemiskinan justru menggerogoti wilayah yang ada di sekitar Freeport.
Dengan fakta-fakta diatas tersebut, maka wajar jika hal ini menjadi sesuatu yang dilematis bagi bangsa Indonesia selama ini, khususnya masyarakat Papua. Padahal, pertambangan yang sangat luar biasa besar ini, mampu kita kelola sendiri, dengan jerih payah kita sendiri, tanpa campur tangan pihak asing sedikit pun.
Namun, pemerintah tampaknya tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pemberhentian kerjasama dengan pihak Freeport, guna menyelamatkan harkat dan martabat seluruh bangsa Indonesia. Karena pemerintah telah terkontaminasi dan buta oleh jumlah dolar yang menggiurkan dari Freeport yang masuk ke kantong mereka masing-masing.

Comments

  1. sebenarnya itu tidak dipermasalahkan mau tidak mau warga papua sebenarnya sejahtera akan hal itu..kenapa lulusan asli indonesia dari perguruan ternama lebih memilih bekerja dinegara lain drpd mengolah,mengembangkan negara sendiri,itu disebabkan krn tidak adanya penghargaan atas itu..

    ReplyDelete
  2. Merdeka !
    itu tergantung dalam perspektif masingmasing. Jika masyarakat papua tidak mempermasalahkan hal ini mungkin akan salah jika kita berkoar-koar. Namun nyatanya setiap pemimpin dalam freeport adalah pribumi yang mjd pekerja kasar dgn artian bukan terkait hal CSR. Sehingga dgn leluasa Freeport Company memanipulasi keadaan dan tujuan utama mereka dalam mengolah tanah timur tersebut. Mereka tidak peduli dan lebih tergiur dgn pekerjaan luar negeri itu saya rasa tak slalu berkaitan dengan hal ini namun itu kembali lagi pada patriotisme dan nasionalisme mereka sbg anak bangsa. Akhirnya apa ?? siapkah mereka mengatasi masalah berkepanjangan ini atau tetap dalam kondisi yang sama terjajah dgn pajak seminimal mungkin.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PT Yayasan Tidar Kerinci Agung

Tidar Kerinci Agung (TKA) adalah perusahaan investasi dalam negeri yang didirikan pada bulan July 1984 oleh Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo. TKA berlokasi di dua propinsi dan tiga kawasan, yakni Sawah Lunto-Sijunjung, Solok, Sumatra Barat dan Tebo di propinsi Jambi. Sebagai pemegang hak pengelolaan dan pengoperasian area sebesar 28.000 hektar dalam kurun waktu 35 tahun, TKA telah mengembangkan sebuah perkebunan kelapa sawit seluas 16.048 hektar dan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit serta fasilitas penunjangnya di area selebihnya. TKA mempekerjakan 547 staf permanen, termasuk staf senior, dan 4.923 pekerja harian, yang juga memiliki hak atas pembayaran tambahan sebagai insentif atas peningkatan produksi. Sebagai tambahan, perusahaan juga menyediakan perumahan kepada para pekerja di dalam area perkebunan, sekolah, klinik, rumah ibadah, fasilitas rekreasi dan olahraga serta koperasi bagi karyawan. Perkebunan TKA meliputi 5 bagian, mencakup area seluas 28.064 h

Aku percaya, hatimu lebih kuat dari aku.

Kapan ??? kapan ??? kemudian ditanya lagi, kapan ??? Kemudian akan ada pertanyaan lagi, kita kapan ??? Kita hari apa ??? Maaf, aku masih membuat hati orang-orang yang aku sayang selalu menunggu. Maaf, bahkan ketika aku tahu bathinmu sakit aku harus tetap membuat kalian menunggu. Maafkan aku -,- Aku akan selalu berusaha meski aku masih terlihat setengah hati. Bersabarlah untukku, kuatlah untukku, tetaplah menjagaku. Dampingi aku ketika aku begitu terlihat lemah, aku akan menggantinya suatu hari nanti. Terus bimbing aku, aku masih selalu ingin mengikuti setiap langkah kakimu. Ketika aku ingin menyerah, tatapanmu yg selalu meluluhkan setiap amarah. Aku janji pertanyaan kapan itu tidak akan lama lagi kita dengar, pertanyaan hari apa untukku itu akan segera aku jawab. Kita akan jawab semuanya. Allah tidak meminta kita untuk tergesa-gesa, Allah masih ingin kita mempersiapkan diri lebih baik lagi dari hari ini. Untuk memintamu bersabar sekali lagi mungkin itu berat untuk kau jawab ta

SEASON 1 KKN PPM UNAND 2015 NAGARI KOTO PADANG KABUPATEN DHARMASRAYA

Padang, 29 Juni 2013 Awalnya gak saling kenal, saling ogah-ogahan bahkan terpaksa banget rasanya ikut KKN pas pertama kali berangkat menuju lokasi. Apalagi setelah menempuh perjalanan jauh (bulan puasa loh) panas-panasan. Kita berangkat jam 07.00 WIB (rencananya on time) pake bus kampus terus satu rombongan lagi pake mobil ketua nagari kita. On time pun tinggal cerita pas ternyata kak Nisa telat bangun dan telaaaaaaattttt kumpul di Tekape (maap kakak sebut nama yaaa :D *peace). Meskipun puasa, meskipun lama banget nyampenya, meskipun jalannya jelek (ga jelek2 amat sih gengs) alhamdulillah kita sampe juga di Dharmasraya tercinta dan nyangkut bentar di kantor bupati buat penyambutan oleh Pak Bupati. Jam 3 berangkat lagi ke Nagari Koto Padang dan kumpul (nge-lapor) ke kantor Wali Nagari. Disambut baik oleh perangkat nagari dan juga Kepala Jorong di masing2 jorong di Kopad. Mampir bentar di rumah Pak Jorong Koto Padang utk penyerahan kami. Kami ??? ya kami ! Nella Leonarita THP 012, Sisk