Andai ku punya waktu yang bisa membawaku kembali
Andai ku punya hati yang kuat sedari dulu
Andai ku punya kesempatan yang ternyata tak ku miliki lagi saat ini
Sepanjang lembayung membentang menemani senja
Sehamparan padang pasir menemani sahara
Seluas Laut Mati menyelimuti Kaspia
Seberat beban menemani pundak
Ohh ku masih hidup dalam mimpi
Ku masih berteriak dalam semu
Kemudian ku sadar perlahan punggungmu menjauhlah yaang menemani hati kian remuk
Membawa mimpi jauh menghilang bersama derap langkah kaki
Membawa ingin hilang bersama debu jalanan
Potret manis berlatar jam gadang menjadi obat rindu
Ketika masih sering kuteteskan airmata menjelang tidur
Ketika sedih masih meninabobokan mata menjelang lelap
Bersama peraduan bintang yang hilang bersama fajar
Lalu lalang keramaian angkutan kota menjadi bisu
Deburan ombak menjadi diam
Lingkar demi lingkar menghiasi hari-hari manis dalam kalender
Berharap tak sekedar asa yang selama ini ku rajut
Berharap bukan sekedar gusar yang ku terima ketika ku buka mata
Berharap bukan sekedar aromamu yang kucumbui dalam khayal
Kurindu padanya. . .
Yang selalu menggenggam erat tanganku di keramaian
Yang selalu menjagaku di kesepian
Yang selalu menyediakan tempat untukku menangis, marah dan tempat untukku beristirahat
Yang selalu memberi ruang disaat ku ingin sendiri
Semakin jauh bayangmu dipelupuk mata
Semakin gelap jalanku menujumu
Semakin buram pandanganku mengingatmu
Pulanglah. . . .
Sungguh, ingin kubunuh rindu yang menggunung
Ingin kubuang jauh airmata sakitnya merindu
Dengan menatapmu tanpa jarak
Memelukmu tanpa sekat
Comments
Post a Comment